SMF Berencana Terbitkan Surat Utang Rp9 Triliun

 

NERACA

 

Jakarta - BUMN pembiayaan sekunder perumahan PT. Sarana Multigriya Finansial Persero (SMF) berencana menerbitkan surat utang dengan total nilai Rp9 triliun sepanjang tahun ini untuk mendanai ekspansi pembiayaan perseroan. Direktur SMF Heliantopo dalam paparan kepada pers di Jakarta, Senin (21/1), mengatakan perseoran akan menerbitkan instrumen utang di pasar keuangan sebanyak empat kali pada tahun ini, dengan yang pertama pada Februari 2019.

Namun, untuk nilai instrumen utang tahap pertama tersebut maupun jenis instrumennya, Heliantopo masih merahasiakannya. "Yang pertama nanti akan diterbitkan pada Februari 2019, jumlahnya nantilah. Jumlahnya akan sangat tergantung kondisi pasar dan juga nanti peruntukannya," kata Topo, sapaan akrabnya. Jumlah nilai instrumen utang untuk pendanaan sebesar Rp9 triliun itu naik cukup signifikan dibanding pendanaan dari pasar modal 2018 yang terealisasi sebesar Rp5,5 triliun.

Pada tahun lalu, target penerbitan instrumen utang sebagai pendanaan tidak mencapai dari target di sekitar Rp6 triliun. Hal itu karena kondisi pasar modal yang fluktuatif karena ketidakpastian ekonomi global. Kemungkinan besar, kata Topo, instrumen tersebut berupa obligasi ataupun surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN).

Meskipun nilai instrumen utang yang diterbitkan cukup besar, SMF masih memasang target pertumbuhan penyaluran pembiayaan, sekuritisasi, dan perolehan laba bersih yang moderat di kisaran 5-10 persen pada 2019. Pada 2018, mengingat laporan keuangan SMF belum diaudit, Topo hanya memberikan perkiraan bahwa penyaluran pembiayaan kemungkinan Rp9,8 triliun, sedangkan sekuritisasi sebesar Rp2 triliun. Jumlah pembiayaan dan sekuritisasi yang tercapai itu, kata Topo, melebihi target SMF sepanjang 2018.

Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan perseroan memang tidak ingin terlalu ambisius memasang target di 2019 karena masih mewaspadai potensinya meningkatnya tekanan perekonomian global terutama di pasar keuangan. Hal itu juga termasuk strategi pendanaan yang akan diterapkan SMF untuk membiayai penyaluran pembiayaan dan sekuritisasinya.

Namun, Ananta meyakini, pendanaan untuk SMF akan mencukupi untuk memenuhi target penyaluran pembiayaan. "Kami tetap yakin dengan (peringkat) AAA dan kita di BUMN di bawah Kemenkeu dan satu-satunya pembiayaan sekunder perumahan di Indonesia, kami yakin akan dapat waktu dan permintaan yang tepat untuk keluarkan surat utang," ujar Ananta.

Disamping itu, pada 2019 SMF terus menguatkan peran untuk fiscal tools Pemerintah. Salah satu upaya tersebut ialah dengan memberikan pembiayaan homestay di 4 daerah destinasi wisata. Ke-empat destinasi wisata yang menjadi prioritas adalah; Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika dan Danau Toba, dengan perkiraan jumlah kebutuhan homestay mencapai 305 unit. “Pembiayaan Homestay ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membangun/memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan sehingga dapat mendatangkan penghasilan bagi pemilik dan menciptakan lapangan kerja,” katanya.

Selain pembiayaan homestay, pada tahun 2019, program lain yang juga akan dijalankan oleh SMF adalah Pembangunan Rumah di Daerah Kumuh di 32 kota. SMF akan bersinergi dengan Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR melalui program KOTAKU (kota tanpa kumuh) untuk turut serta mengatasi daerah kumuh melalui renovasi/pembangunan rumah. Pembangunan rumah di daerah kumuh tersebut nantinya akan bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) / Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui ketersediaan hunian yang layak, serta menciptakan lingkungan rumah yang sehat.

Program lain yang juga akan diluncurkan oleh SMF pada tahun 2019 adalah Program KPR SMF Pasca Bencana. Program KPR SMF Pasca Bencana adalah program yang ditujukan Perseroan dalam rangka membantu meringankan beban Pemerintah dalam merevitalisasi pemukiman masyarakat pasca bencana alam di Indonesia. SMF akan berkerjasama dengan Perbankan untuk menyalurkan pembiayaan renovasi rumah-rumah masyarakat yang terdampak bencana.

Untuk tahap awal, program ini akan diperuntukkan bagi 3000 Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terkena dampak bencana alam di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). SMF akan bekerjasama dengan Bank NTB Syariah sebagai lembaga penyalur pembiayaan KPR pasca bencana.

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…