Membangun Ekonomi di Perbatasan Lewat Jaringan Telekomunikasi

Yan Benu (65), begitu senang bisa video call via whatshap dengan anak dan cucunya yang berada perantauan di Yogyakarta. Apalagi, saat itu merupakan moment berharga untuk berkumpul pada perayaan malam natal. Namun apalah daya karena keterbasan biaya dan waktu, sang anak tidak bisa berkumpul bersama sang ayah dan keluarga lainnya di kampung halaman Alor, Kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT).”Anak bagaimana di sana, keadaan baik-baik saja kah, sehat semuakah,”kata Yan Benu kepada sang anak.

Tidak hanya cukup mendengar suara, Yan Benu juga sudah bisa melihat gambar lewat smartphone pemberian sang anak. “Papa dan mama disini kangen anak cucu. Apalagi, mama sudah masak masakan kesukakaan kamu anak. Mudah-mudahan libur natal tahun depan nanti, kita bisa kumpul lagi. Jaga kesehatan disana anak,”tuturnya mengakiri pembicaraan video callnya. Ya, komunikasi lewat video call dirasakan bapak empat anak ini cukup untuk melepas kangen dan rindu dengan sang anak yang jauh disana.

Lancarnya komunikasi Yan Benu dengan sang anak  dan terkesan dekat, tidak bisa lepas dari seiring kuatnya jaringan telekomunikasi di daerahnya. Apalagi, belum lama ini, Telkomsel sebagai operator telekomunikasi di Indonesia cukup pesat membangun BTS di daerah perbatasan dengan Timor Leste, termasuk di daerahnya Alor. Tentu saja, berkat pembangunan tersebut memberikan dampak terhadap perubahan masyarakat di daerahnya yang kini mudah mendapatkan akses informasi dari luar, begitu juga dengan internet.

Hal senada juga disampaikan Vinsen Tukan (25), tenaga pendamping lokal para petani di NTT. Diakuinya, sejak adanya sinyal telkomsel membuat kemudahaan bagi dirinya sebagai tenaga pendamping untuk berkonsultasi dan berkordinasi dengan para petani.”Saya bisa interaksi langsung dengan petani kapan saja dan dimana saja, selama sinyal telekomuni Telkomsel disni cukup kencang,”ujarnya.

Begitu juga sebaliknya, dengan kelompok petani desa bisa berinteraksi secara suara dan gambar dengan dirinya tanpa ada hambatan. Sehingga geliat usaha bertani masyarakat bisa lebih maju dan menguntungkan. Baik Vinsen dan Yen Benu, dirinya bercerita jauh sebelum masuknya jaringan telkomsel di daerah pelosok di NTT, khususnya di perbatasan dengan Timor Leste membuat keterbatasan informasi masyarakat di NTT tertinggal dan bergantung pada jaringan telekomunikasi asal negara tetangga yang justru biayanya cukup mahal.

Camat Amfoang Timur di Kabupaten Kupang NTT, Anisitus Kase mengungkapkan, daerahnya yang berbatasam dengan wilayah kantung (enclave) Timor Leste, Oecusse harus memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal dari operator langganannya.”Di wilayah Amfoang Timur belum ada tower BTS (Base Transceiver Station) sehingga untuk berkomunikasi lewat telepon seluler, kami harus panjat pohon dulu," ujarnya.

BTS merupakan suatu elemen dalam jaringan seluler (cell network) yang berperan penting sebagai pemancar dan penerima sinyal dari handphone pengguna (MS/mobile station). Sebagian besar wilayah perbatasan Indonesia yang berbatasan dengan Timor Leste belum terpasang BTS sehingga untuk berkomunikasi lewat telepon seluler harus memanjat pohon untuk mendapat sinyal dari operator.

Masyarakat di wilayah perbatasan yang menggunakan telepon genggam, umumnya terkena roaming internasional dari Timor Telkom, operator milik Timor Leste, baik roaming panggilan, SMS (layanan pesan singkat) maupun roaming data. Maka untuk menghindari terjadinya roaming internasional, masyarakat di perbatasan RI-Timor Leste, seperti di Amfoang Timur itu terpaksa harus panjat pohon atau mendaki wilayah perbukitan agar bisa mendapatkan sinyal dari Telkomsel.

Hal inipun diamini Trainus Kameo, salah seorang warga Naikliu di wilayah Amfoang Timur. Dirinya mengaku kesulitan untuk bisa berkomunikasi melalui telepon genggam selama berada di Naikliu, Kupang, karena tidak ada jaringan BTS di sana. Disampaikannya, sinyal dari Telkom Timor milik Timor Leste cukup kuat, tapi konsekuensinya harus terkena roaming internasional.”Sekali SMS, Rp 3.000 langsung lenyap, apalagi telepon. Isi pulsa Rp 100.000 langsung ludes dalam waktu seketika," keluh Trainus.

Kepala Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang NTT, Wemfied Komeo mengungkapkan, warganya selama ini mengandalkan jaringan internet dari Telemor, Timor Leste, sehingga biayanya jauh lebih mahal. Dimana untuk bisa mengakses internet di daerah itu warga harus membeli kartu Telemor dengan harga Rp30.000 per kartu, kemudian ditambah pulsa voucer 1 dollar senilai Rp20.000.”Tapi itu juga harus beli empat voucer sehingga biayanya Rp80.000 untuk bisa menggunakan internet selama satu minggu, itu pun kalau dipakai dengan hemat," katanya.

Kemudian unuk mendapatkan kartu maupun pulsa voucer itu dapat dibeli dari warga Timor Leste yang datang menjualnya setiap hari di pasar Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur. Melihat begitu susahnya masyarakat mendapatkan jaringan telekomunikasi untuk kegiatan aktivitas sehari-hari ataupun menunjang kegiatan ekonomi mereka, mendorong Telkomsel untuk penetrasi jaringan lebih luas lagi di pelosok, khususnya di daerah perbatasan. Apalagi, komunikasi sudah menjadi kebutuhan dan bukan lagi sebagai tren dan termasuk bagi masyarakat di perbatasan.

 

Membangun Kedaulatan

 

 

Direktur Utama Telkomsel, Ririek Ardiansyah mengatakan, pembangunan jaringan telekomunikasi dan BTS di daerah perbatasan tidak hanya sekedar bicara bisnis semata tetapi menjaga kedaulatan negara republik Indonesia (NKRI). Menurutnya, pembangunan suatu bangsa tak bisa dilepaskan dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Untuk itulah Telkomsel sebagai operator dengan 160 juta pelanggan terus berkomitmen untuk memerdekakan sinyal di seluruh Nusantara hingga pelosok-pelosok.”Telekomunikasi tak cuma bisa mengangkat aktivitas ekonomi, tetapi juga menjaga kedaulatan NKRI," tegasnya.

Terlebih, masih saja terdengar keluhan di wilayah perbatasan yang sulit mendapat sinyal seluler dari dalam negeri, yang ada malah menerima sinyal dari negara tetangga dengan biaya lebih mahal. Maka dari itu, lanjut Ririek, Telkomsel meminta dukungan dari banyak pihak untuk bisa terus membangun BTS di perbatasan sehingga akan lebih banyak daerah yang merdeka dari segi telekomunikasi. Pasalnya, tidak cuma di luar pulau Jawa, di pulau Jawa pun masih ada yang belum tercover sinyal seluler,"Hadirnya jaringan Telkomsel hingga wilayah perbatasan negara merupakan bentuk nyata komitmen kami membuka akses telekomunikasi kepada seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali. Penggelaran jaringan telekomunikasi yang menjangkau setiap jengkal wilayah Indonesia ini kami lakukan untuk memerdekakan seluruh masyarakat di NKRI dari keterisolasian komunikasi," ungkapnya.

Akses telekomunikasi bagi masyarakat setempat juga diharapkan dapat mendorong pembangunan di daerah perbatasan, di antaranya mempercepat pertumbuhan perekonomian dan kemasyarakatan sekaligus mampu menjadi katalisator dalam mempromosikan potensi daerah, serta meningkatkan daya tarik investasi, peluang usaha, bahkan lapangan kerja baru.



Di sisi lain, melihat posisi penting wilayah-wilayah perbatasan yang secara geopolitik sangat strategis, kehadiran layanan seluler di lokasi tersebut tentunya semakin memperkokoh terpeliharanya NKRI sebagai negara kepulauan. Saat ini sebanyak kurang lebih 200.000 jiwa masyarakat di Kabupaten Alor telah dilayani oleh lebih dari 70 base transceiver station (BTS) Telkomsel. Terbukanya akses komunikasi di wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Republik Demokrat Timor Leste ini diharapkan juga dapat membantu TNI khususnya dalam menunjang berbagai kegiatan operasional tentara yang bertugas di garda terdepan.

Asal tahu saja, secara nasional saat ini Telkomsel telah mengoperasikan 627 BTS yang berlokasi di perbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Australia, Filipina, dan Papua Nugini. Dari 627 BTS yang berbatasan langsung dengan tujuh negara tetangga tersebut, 148 di antaranya merupakan BTS 3G yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam mengakses layanan data. Dari seluruh BTS Telkomsel di perbatasan negara, 16 BTS berlokasi di Batam dan Bintan yang berbatasan dengan Singapura; 202 BTS berbatasan dengan Malaysia di Dumai, Rokan, Bintan, Karimun, Anambas, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sumatera bagian Utara, Rokan Hilir; 63 BTS di Natuna dan Anambas berbatasan dengan Vietnam, 173 BTS di Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste; 64 BTS di Pulau Rote dan Maluku berbatasan dengan Australia; 70 BTS di Sulawesi Utara berbatasan dengan Filipina; dan 39 BTS di Papua bagian Timur berbatasan dengan Papua Nugini.

Ke depannya, Telkomsel berupaya memperluas jangkauan jaringan di wilayah Kepulauan Anambas dan Kepulauan Natuna yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Secara nasional Telkomsel telah menggelar lebih dari 118.000 BTS hingga penjuru Tanah Air yang menjangkau hingga 95% wilayah populsi penduduk Indonesia.

Menkominfo, Rudiantara mendukung penuh pembangunan jaringan Telekomunikasi di daerah perbatasan. Termasuk pembangunan BTS yang dilakukan Telkomsel di Alor, NTT.”Kehadiran BTS di perbatasan merupakan wujud membangun Indonesia dari pinggiran, daerah terpencil dan terluar sehingga daerah-daerah di Alor ini nanti bisa terhubung dengan semua daerah di Indonesia melalui internet," ujarnya.

Alor yang merupakan daerah perbatasan, kata dia, harus mendapat akses internet yang sama dengan Jakarta atau kota-kota besar lain. Menurut dia, jaringan dan internet masuk desa merupakan salah satu wujud membangun dari pinggiran sehingga fokus pembangunan tidak hanya di Jawa atau di kota-kota besar saja."Nah, inilah keberpihakan pemerintah, yang tidak hanya dilakukan fokus ke kota-kota besar dan pulau Jawa, tetapi juga di luar-luar ini yang harus kita perhatikan. Jadi, pemerataan harus berjalan baik di Indonesia dan ini adalah hanya salah satu sektor saja, belum yang lain," ungkap dia.

 

BERITA TERKAIT

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…