Harbolnas dan UMKM

Oleh: Nailul Huda

Peneliti Indef

Setelah menjadi tradisi tahunan, hari belanja online nasional (Harbolnas) tahun ini kembali diadakan dengan semangat yang tidak kalah sama dengan tahun lalu. Total ada lebih dari 300 e-commerce yang berpastisipasi dalam Harbolnas tahun ini. Belum lagi dihitung dengan penjual online yang berbasiskan media sosial seperti instagram,twitter,dan lainnya. Jumlahnya bisa melebihi 500 lebih penjual di Harbolnas kali ini.

Daya beli masyarakat yang masih kuat terutama di masyarakat kelas menengah ke atas menjadikan Harbolnas kali ini ditargetkan akan meraup transaksi lebih dari Rp7 triliun. Angka tersebut jauh lebih tinggi daripada tahun 2017 dimana saat itu transaksi penjualan Harbolnas mencapai Rp4,7 triliun. Sebuah kenaikan yang optimis dari pemerintah untuk dapat mendorong konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat dengan adanya Harbolnas ini diharapkan dapat menjadi tumpuan utama seiring dengan semakin terancamnya investasi akibat kondisi ekonomi global yang lagi memanas. Konsumsi masyarakat yang merupakan penopang utama pembentuk PDB diharapkan mampu mendorong ekonomi secara nasional.

Namun konsumsi masyarakat yang diharapkan tumbuh di Harbolnas tahun ini belum bisa mendorong peranan UMKM dalam transaksi jual beli di e-commerce. Data dari pemerintah menyebutkan proporsi barang dalam negeri dalam pasar online masih berada di angka 5-7 persen. Sedangkan barang impor sudah mencapai 93 persen dari total barang yang diperjualbelikan di pasar online. Kondisi ini sungguh miris ketika pasar Indonesia yang masih sangat besar dengan tingkat penetrasi internet yang tinggi,kaum berpendapatan menengah ke atas yang juga meningkat, malah dinikmati sama pihak luar.

Dengan adanya hari khusus di Harbolnas untuk UMKM akan mendongkrak penjualan meski kurang signifikan. Hal yang mendasari adalah, rata-rata orang yang berbelanja lewat online adalah orang yang sudah sadar akan informasi, termasuk informasi mengenai harga. Sedangkan jika kita lihat produk UMKM kita masih belum dapat bersaing dengan produk dari luar terutama mengenai efisiensi produksi yang berujung ke persaingan harga. Jadi Harbolnas ini meski akan berdampak pada penjualan UMKM namun akan sangat kecil.

Harbolnas ini bisa jadi malah akan menaikkan impor terutama impor barang konsumsi. Kebijakan menahan impor bisa jadi akan sia-sia dengan adanya event tahunan ini. Terlebih sebelumnya juga sudah ada event serupa di bulan November (11.11). Kondisi UMKM akan semakin tergencet.

Untuk mendorong UMKM untuk lebih dapat keuntungan bukan hanya dengan memberikan hari khusus. Harus ada tahapan lebih lanjut dari Pemerintah terutama kementerian yang terkait dengan pengembangan UMKM untuk bersiap dalam menciptakan produk yang efisien dan mampu bersaing dengan produk impor. Dana desa perlu dilibatkan dalam pemberdayaan UMKM terutama UMKM dari desa yang jumlahnya puluhan ribu. Selain itu pemerintah juga perlu menjadi jembatan antara pelaku UMKM dengan aplikator untuk penyediaan ruang khusus UMKM di tampilan aplikasi belanja online.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…