Beban Operasional Membengkak - Medco Energi Telan Kerugian US$ 11,08 Juta

NERACA

Jakarta – Di kuartal tiga 2018, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mencatatkan kerugian sampai dengan sampai dengan US$ 11,08 juta (Rp 161,82 miliar, kurs Rp 14.600/US$). Padahal pada periode yang sama tahun lalu perseroan masih mengantongi laba bersih senilai US$ 164,32 juta (Rp 2,39 triliun). Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Kerugian yang diderita perseroan akibat membengkaknya beban keuangan perseroan. Kondisi berbalik dengan peningkatan penjualan perseroan naik 55,14% menjadi US$ 927,501 juta di kuartal tiga 2018. Dari posisi yang dikantongi perusahaan sepanjang periode sembilan bulan tahun lalu yang sebesar US$ 597,81 juta.

Perseroan menjelaskan, kerugian ini disebabkan ada beban pokok penjualan tenaga listrik dan jasa terkait lainnya yang nilainya mencapai US$ 88,61 juta yang belum ada di tahun sebelumnya. Kemudian terjadinya peningkatan pembelian minyak mentah menjadi US$ 109,29 juta dari hanya senilai US$ 29,62 juta. Kemudian perusahaan juga mengalami kerugian dilusi atas investasi jangka panjang yang mencapai US$ 19,07 juta. Juga terjadi peningkatan beban pendanaan yang naik menjadi US$ 146,89 juta dari sebelumnya senilai US$ 95,65 juta.

Dampak kerugian tersebut, nilai laba per saham perusahaan terpaksa rugi sebesar US$ 0,00063/saham dibanding dengan laba per saham di akhir September tahun lalu senilai US$ 0,01153/saham. Sementara itu, nilai total aset perusahaan mengalami peningkatan tipis menjadi US$ 5,17 miliar di periode tersebut, naik dari US$ 5,16 miliar di Desember 2017. Terdiri dari aset lancar senilai US$ 1,74 miliar dan aset tak lancar US$ 3,43 juta.

Lalu nilai liabilitas total mencapai US$ 3,75 miliar dengan nilai liabilitas jangka pendek sebesar US$ 1,09 miliar dan jangka panjang senilai US$ 2,65 miliar. Sementara nilai ekuitasnya mencapai US$ 5,17 miliar. Sebelumnya, perseroan terus pekuat modal dalam mendanai ekspansi bisnisnya dengan rencana menggelar private placement atau Penambahan Modal Tanpa Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) dengan target dana Rp1,54 triliun. Aksi korporasi perseroan pun telah mendapatkan izin dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).

Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro pernah bilang, RUPSLB menyetujui PMTHMETD dengan nilai maksimal 10% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan.Peningkatan modal ini nantinya akan digunakan untuk keperluan umum perusahaan. Hilmi menyebutkan, pasar ekuitas dan komoditas saat ini belum berada dalam kondisi yang stabil. Oleh karena itu, Medco perlu berhati-hati dan konservatif dalam menentukan pilihan mengelola struktur permodalan. Sebelumnya, MEDC mendapatkan izin private placement melalui RUPSLB pada 14 Mei 2018 dengan harga pelaksanaan Rp1.306. Namun, setelah itu harga sahamnya cenderung menurun sehingga harga pelaksanaan private placement itu berada di atas harga pasar.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…