Moody's Turunkan Peringkat APLN Jadi B1

NERACA

Jakarta – Lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investor Service memutuskan menurunkan peringkat PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) serta surat utang globalnya yang diterbikan anak usahanya APL Realty Holdings Pte. Ltd. dari Ba3 menjadi B1 dengan outlook stabil. Obligasi tersebut dijamin oleh APLN ini dan beberapa anak perusahaannya.

Jacintha Poh, Wakil Presiden dan Pemeringkat Senior Moody’s dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan bahwa penurunan peringkat mencerminkan ekspektasi Moody’s bahwa metrik kredit Agung Podomoro akan melemah ke level yang tidak lagi sesuai dengan peringkat Ba3. Pasalnya, perseroan membukukan tingkat penjualan pemasarannya yang rendah.

Selain itu, arus kas mereka dalam 12-18 bulan ke depan akan lebih banyak berasal dari penjualan tunggal skala besar atau block sales. Karakteristik ini lebih cocok dengan peringkat B1.”Meskipun demikian, kami berharap Agung Podomoro akan terus menghasilkan arus kas berulang yang dapat diprediksi dan cukup untuk menutup 0,9x hingga 1,0x dari biaya bunga yang disesuaikan pada 2018 dan 2019,"kata Poh.

Selama 10 bulan pertama tahun 2018, Agung Podomoro meraih marketing sales sekitar Rp2,3 triliun, meskipun ada upaya untuk memacu permintaan melalui promosi dan diskon khusus. Meskipun capaian ini sudah lebih tinggi dibandingkan capaian sepanjang tahun 2017 yang sebesar Rp1,9 triliun, tetapi capaian ini jauh di bawah ekspektasi Moody sebesar Rp3,5 triliun dan menunjukkan lemahnya permintaan dari pembeli. Sulit bagi perseroan untuk memenuhi target tersebut di dua bulan terakhir 2018.

Lebih lanjut, Moody menilai meningkatnya suku bunga dan risiko politik menjelang pemilihan presiden yang akan datang di Indonesia dapat mengurangi sentimen di antara pembeli rumah dan membatasi marketing sales pada 2019. Oleh karena itu, Moody's memproyeksikan metrik kredit utama Agung Podomoro akan melemah selama 12-18 bulan ke depan.

Moody's berharap emiten dengan kode sahm APLN ini untuk menyelesaikan dan menerima uang tunai dari penjualan Hotel Sofitel Bali sekitar Rp1,6 triliun pada akhir 2018. Selain itu, APLN jgua diharapkan dapat menyelesaikan penjualan lahan industri lainnya di Podomoro Industrial Park di Karawang, Jakarta Raya untuk CFLD sekitar Rp2,5 triliun pada 2019. Namun, uang tunai akan dikumpulkan selama periode tiga tahun dari 2019 ke 2021.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…